ERDHIKA MORNING IDEA 26 APRIL 2021
View PDF
26 Apr 2021

Bitcoin Terkoreksi, Pasar Saham AS Rebound, IHSG Berpotensi Menguat! 


Indeks pada perdagangan hari Jumat (23/4/2021) ditutup menguat pada level 6016.86 (0.38%) dengan nilai transaksi senilai Rp 9.23 Triliun dan volume transaksi 17.37 Miliar lembar saham dimana asing melakukan Aksi Jual Bersih Rp -42.79 Miliar pada beberapa saham LQ45 seperti: BMRI -96.(B) , BBTN -93.(B) , CTRA -11.(B) , BBRI -11.(B) , EXCL -7.9(B) , BSDE -7.0(B) , MEDC -6.4(B). Adapun sektor yang menopang laju indeks perdagangan kemarin meliputi sektor Mining (0.194%), Basic-Ind (0.314%), Manufacture (0.478%), Agriculture (0.663%), Finance (0.776%) dan Misc-Ind (2.954%). Sedangkan, sektor yang membebani laju indeks akhir pekan lalu meliputi sektor Infrastructure (-0.448%), Property (-0.312%), Consumer (-0.209%) dan Trade (-0.055%). Untuk pergerakan indeks hari senin (26/4/2021) kami memproyeksikan Indeks akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat pada range pergerakan harga 5970 - 6080. Penutupan IHSG akhir pekan lalu kembali bergerak di zona hijau dengan kenaikan yang cukup signifikan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakannya, diantaranya dari eksternal adanya kabar mengenai Joe Biden yang akan menaikkan pajak keuntungan investasi bagi wealthy individuals hingga hampir dua kali lipat ke angka 39,6%. Kebijakan ini ditujukan bagi investor yang menghasilkan lebih dari US$ 1 juta. Secara teori, kebijakan mengenai kenaikan pajak tersebut bisa digolongkan sebagai risiko, ketika risiko investasi di negara maju seperti AS meningkat, tentu akan menjadi keuntungan tersendiri bagi negara berkembang seperti Indonesia karena akan ada Capital Inflow dari investor asing, padahal kenyataannya tidak semudah teorinya. Adanya kebijakan perpajakan baru ini akan membuat investor kembali beradaptasi dengan keadaan yang ada dan mungkin sebagian akan memindahkan aset investasinya untuk sementara. Namun, tidak semuanya benar-benar memindahkan investasinya ke negara berkembang. Ada yang menggantinya dengan membeli aset pendapatan tetap atau obligasi pemerintah yang dianggap aman (safe haven) untuk sementara waktu. Lalu dari domestik katalis positif datang dari Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memastikan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) di tahun ini diberikan secara utuh. Anggaran yang telah disiapkan sebesar Rp 30,6 triliun, termasuk PNS Pemerintah Daerah sebesar Rp 14,8 triliun. Menurut kami, kebijakan ini tentu sedikit banyak nantinya akan mempengaruhi tingkat konsumsi dan juga penjualan ritel di Indonesia dalam periode ini dan tentu saham-saham atau emiten yang berkaitan dengan sektor tersebut juga kami proyeksikan akan terkena dampak positifnya. Untuk indikator berdasarkan kalender ekonomi, ada beberapa data ekonomi yang cukup mempengaruhi pergerakan Indeks diakhir pekan lalu baik domestik maupun Indeks US yakni diantaranya adanya rilis data mengenai New Home Sales dari US yang mengalami peningkatan dari sebelumnya -16.2% menjadi 20.7%. Kemdian dari domestik yakni mengenai rilisnya data suku bunga acuan oleh bank Indonesia yang masih bertahan di level yang sama seperti sebelumnya yakni 3.50%, yang diikuti oleh rilisnya data Lending Facility dan Deposit Facility Rate yang juga masih bertahan dilevel yang sama seperti sebelumnya. Kemudian masih dari domestik yakni telah rilisnya data Loan Growth Indonesia yang kembali melanjutkan penurunannya hingga -4.13%. Dan terakhir yakni rilisnya data M2 Money Supply Indonesia atau jumlah uang beredar yang mengalami kenaikan sebesar 6.9%. Selanjutnya untuk sepekan kedepan dari bursa US hari Kamis akan ada pertemuan Bank Sentral US The Fed yang akan membahas mengenai suku bunga acuan US apakah akan mengalami kenaikan, penurunan atau stagnan. Seperti yang kita ketahui sebelumnya The Fed telah menahan suku bunga acuannya di level 0,25%, dan menurut proyeksi Trading Economics berdasarkan dengan kondisi ekonomi yang ada The Fed masih akan menahan suku bunga acuan di level yang sama 0,25% . Jika hal tersebut terjadi maka akan menjadi sentiment yang postif bagi bursa Amerika Serikat dan juga global pada umumnya. Kemudian dari bursa regional, akan rilis data mengenai suku bunga acuan Jepang yang di proyeksikan menurut consensus Trading Economics masih akan berada dilevel yang sama dari sebelumnya yakni -0.1%. Penahanan suku bunga acuan ini juga cenderung wajar karena dilihat dari angka inflasi yang ada di Jepang tingkat konsumsi masyarakatnya masih cenderung rendah sehingga wajar apabila pemerintah masih menahan suku bunganya untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Kemudian masih dari Jepang, akan rilis juga mengenai data Retail Sales baik secara YoY maupun MoM. Kemudian dari bursa domestik minggu depan akan rilis data mengenai Foreign Direct Investment (FDI) yang kenaikan atau penurunannya mencerminkan seberapa besar asing menanamkan modalnya di Indonesia, tentu ketika kondisi ekonomi Indonesia diprediksi akan membaik maka FDI ini akan mengalami peningkatan, namun sebaliknya apabila outlook ekonomi Indonesia akan mengalami pertumbuhan negatif atau masih penuh ketidakpastian maka angka FDI ini bisa saja menurun. Menurut proyeksi Trading Economics untuk FDI Indonesia berdasarkan kondisi yang ada akan mengalami penurunan dari sebelumnya 5,5% menjadi 2,0%.





PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com